Konektivitas artinya terhubung. Konektivitas yang buruk artinya akses terbatas ke komunikasi modern, pendidikan, layanan kesehatan, hingga sumber daya lainnya. Di tengah kemajuan teknologi saat ini, ternyata masih banyak orang yang masih kesulitan mengakses internet.
Amazon lewat Projek Kuiper berambisi untuk mengatasi masalah tersebut. Project Kuiper adalah rencana besar Amazon dalam membangun jaringan internet global berkecepatan tinggi dengan bantuan satelit agar semua orang bisa punya akses internet yang cepat dan murah.
Kehadiran Project Kuiper secara terang-terangan telah menjadi pesaing baru bagi Starlink milik SpaceX dan penyedia telekomunikasi global lain seperti AT&T dan T-Mobile. Menyusul Starlink, Amazon Kuiper tengah mengajukan izin operasionalnya di Indonesia.
Izin tersebut termasuk lisensi telekomunikasi dan hak peminjaman satelit yang sesuai regulasi terbaru yang memungkinkan perusahaan asing beroperasi dengan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Ke depannya, rencana pemerintah adalah menjadikan Amazon Kuiper sebagai backbone koneksi internet di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
Mengenal Project Kuiper

Project Kuiper yang digagas Amazon menawarkan sebuah cara mengakses internet yang lebih cepat bagi konsumen rumahan, pemilik bisnis, dan organisasi pemerintah.
Project ambisius ini bertujuan untuk menyediakan jangkauan global terutama kepada masyarakat terpencil di mana infrastruktur serta optik tradisional tidak memungkinkan mereka mendapatkan akses internet.
Amazon pertama kali mengumumkan Project Kuiper pada tahun 2019 dengan misi menyebarkan konstelasi 3.236 satelit ke orbit bumi rendah (low-Earth orbit atau LEO). Satelit-satelit tersebut ditempatkan dalam tiga lapisan orbit antara 590 kilometer dan 630 kilometer di atas bumi.
Awalnya, misi ini dijadwalkan pada 9 April 2025. Namun, karena cuaca buruk di lokasi peluncuran membuat Amazon harus menjadwalkan ulang peluncurannya. Namun, baru pada 29 April 2025, Amazon resmi memasuki pasar pita lebar satelit dengan meluncurkan 27 satelit pertama dari konstelasi Project Kuiper.
Satelit-satelit tersebut dikerahkan di atas roket Atlas V milik United Launch Alliance (ULA) dari Cape Canaveral Space Force Station di Florida. Peluncuran ini menandai dimulainya investasi Amazon senilai 10 miliar dolar untuk pasar komunikasi satelit.
Tujuan Project Kuiper
Secara sederhana, Project Kuiper telah membangun konstelasi satelit LEO yang besar yang menyediakan internet pita lebar secara global. Satelit yang telah ditempatkan di orbit mengemban berbagai fungsi. Di antaranya:
- Menyediakan koneksi internet latensi rendah yang cocok untuk streaming, layanan cloud, dan komunikasi.
- Bekerja dengan terminal konsumen berbasis darat. Terminal standar untuk rumah dan bisnis, sedangkan terminal portabel adalah untuk penggunaan seluler atau pribadi.
Sebagai catatan, terminal konsumen berbasis darat adalah sebuah perangkat yang akan dipakai oleh orang-orang di Bumi untuk bisa terhubung ke internet satelit Kuiper. Bentuknya kemungkinan mirip perangkat Wi-Fi. Menurut informasi yang beredar, Amazon menjual terminal ini dengan harga kurang dari $400 dolar (sekitar Rp6.6 juta).
Desakan FCC

Untuk mempertahankan lisensinya, Project Kuiper diminta oleh Federal Communications Commission (FCC) untuk menyebarkan setidaknya 50 persen dari konstelasi yang direncanakan pada pertengahan tahun 2026. Namun, karena waktu penerbangan satelit pertama yang terlambat, Amazon mungkin memerlukan waktu tambahan.
Amazon sendiri yakin bahwa mereka mampu mempercepat penyebaran dengan peluncuran kembali yang dijadwalkan di tahun 2025 dan 2026. Mereka bahkan telah menandatangani kesepakatan dengan roket komersial terbesar, dan mengamankan 83 jadwal peluncuran di berbagai penyedia. Termasuk di antaranya United Launch Alliance (ULA), Arianespace, hingga Blue Origin.
Jika semua berjalan sesuai rencana, Amazon siap untuk melayani bukan hanya konsumen, tetapi juga bisnis, layanan darurat, lembaga pendidikan, hingga sektor pertahanan.
Project Kuiper vs Starlink
Starlink harus bersiap karena mungkin dominasi mereka di pasar internet satelit global bakal segera bergeser. Ruang angkasa akan semakin padat di tengah gempuran investasi jor-joran para pesaing besar Starlink, termasuk salah satunya dari Project Kuiper.
Baik Project Kuiper (Bezos) maupun Starlink (Musk) bertujuan menyediakan internet satelit cepat, terutama di daerah terpencil. Namun, untuk saat ini, Starlink milik Musk jauh di depan.
Starlink sudah memiliki ribuan satelit di orbit dan jutaan pengguna, sementara Kuiper baru meluncurkan 27 satelit. Layanan Starlink sangat berkembang, bahkan memiliki kepentingan geopolitik seperti bantuan ke Ukraina.
Layanan internet Starlink menjadi sumber pendapatan besar bagi SpaceX, dengan proyeksi $12,3 miliar di tahun fiskal 2025. Persaingan antariksa antara miliarder ini akan terus menciptakan dampak teknologi dan global yang signifikan.