Penulis: Rena Dwi Astuti
Kemajuan teknologi pada awal tahun 2020 dan transformasi sosial yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19 telah mendorong beberapa perubahan dalam dunia digital. Khususnya pada dunia virtual dan internet saat ini.
Pada kurun waktu tersebut, dunia digital heboh dengan Metaverse. Istilah ini jadi sebuah perbincangan hangat di kalangan tech-nerd dan masyarakat umum. Sebenarnya, apa arti dari Metaverse sendiri? Apa kegunaannya?
Apa Itu Metaverse?
Jika merujuk pada Meta (Facebook), mengartikan Metaverse sebagai ruang virtual yang saling terhubung sebagai tempat orang berkumpul untuk bekerja, bersosialisasi, dan bermain. Lingkungan berbasis cloud ini akan diakses melalui headset realitas virtual atau VR headsets, dan diproyeksikan ke dunia fisik.
Secara lebih sederhana, Facebook menggambarkan Metaverse sebagai sekumpulan ruang virtual di mana orang-orang dapat berkreasi dan menjelajah bersama orang lain yang tidak berada di ruang fisik yang sama.

Sementara itu, Microsoft menggambarkan Metaverse sebagai dunia digital persisten yang terhubung dengan banyak aspek dunia fisik, termasuk orang, tempat, dan benda. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka menganggap metaverse sebagai “media baru dan jenis aplikasi” yang sama barunya dengan internet pada tahun 1990-an.
Istilah Metaverse mulai jadi tren di tahun 2021, walaupun sebenarnya ini bukanlah sebuah istilah baru. Hanya saja, revolusi internet di tahun 2021 membuat Metaverse kembali heboh.
Metaverse yang kembali jadi perbincangan hangat di dunia internet ini memunculkan pertanyaan apakah Metaverse menjadi tren yang kuat atau justru popularitasnya mulai meredup?
Realitas Metaverse
Kehadiran Metaverse di dunia internet sebenarnya jadi tantangan tersendiri bagi beberapa perusahaan. Pasalnya, untuk bisa menikmati dunia realitas virtual Metaverse ini, orang-orang butuh alat pendukung. Selain AI, dibutuhkan juga teknologi VR/AR untuk bisa terhubung dengan tempat, benda, dan orang lain yang tidak berada di tempat yang sama secara fisik.
Sedangkan, teknologi VR/AR saat ini masih belum bisa dijangkau oleh masyarakat umum dengan mudah. Harga teknologi VR/AR yang mahal masih menjadi salah satu alasannya. Selain itu, teknologi VR/AR juga belum sepenuhnya nyaman digunakan bagi sebagian orang. Bahkan, beberapa orang belum begitu mengenal teknologi ini.
Walaupun ini menjadi tantangan sekaligus keuntungan sendiri bagi perusahaan sebagai bahan marketing mereka, langkah yang harus ditempuh oleh perusahaan cukup panjang. Perusahaan harus meyakinkan dan menguasai pasar untuk mendistribusikan teknologi VR/AR ini.
Tidak hanya itu, tantangan Metaverse juga makin berat ketika dihadapi oleh kenyataan bahwa dunia virtual ini sulit untuk dijangkau oleh pengguna. Apalagi, belum ada cara praktis tanpa menggunakan teknologi tambahan untuk mengakses platform Metaverse.
Metaverse di Masa Depan
Pada bulan Juni 2022, firma riset Verified Market Research melaporkan bahwa pasar metaverse, yang bernilai $27,21 miliar pada tahun 2020, akan mencapai $824,53 miliar pada tahun 2030. Laporan Citi GPS “Meteraverse and Money” menunjukkan bahwa metaverse dapat menarik hingga 5 miliar pengguna pada tahun 2030.
Metaverse juga memiliki banyak kritik. Kritikusnya termasuk CEO Apple Tim Cook , yang tidak melihat masa depan untuknya. Investor mendesak Meta untuk merevisi strateginya dan menarik diri dari apa yang mereka yakini sebagai rencana yang berlebihan untuk mengembangkan teknologi tersebut.

Meskipun demikian, Metaverse sebenarnya masih punya masa depan. Salah satu potensi Metaverse yang paling menarik ada di bidang medis. Kedua bidang ini jika digabungkan akan disebut “metamedicine”.
Ketika ditanya oleh firma konsultan Accenture tentang pengaruh metaverse terhadap cara organisasi mereka menjalankan bisnis, 81% profesional perawatan kesehatan dari seluruh dunia mengatakan hal itu akan berdampak positif dan 34% percaya hal itu akan menjadi terobosan.
Realitas campuran sudah dapat dilihat di laboratorium penelitian dan rumah sakit. Realitas ini digunakan di ruang operasi dan selama seminar pelatihan khusus. Mungkin saja, teknologi modern akan segera membantu meningkatkan perawatan pra dan pascaoperasi dengan menyediakan analisis data yang lebih mendalam dan memungkinkan operasi dilakukan dengan cara yang lebih efisien.
Di masa depan, Metaverse akan memudahkan dokter dalam memberikan perawatan jarak jauh dalam kasus yang lebih rumit. Mereka akan dapat membuat diagnosis, dengan akses tidak hanya ke catatan medis kita tetapi juga data dari perangkat canggih yang dapat dikenakan yang mengukur parameter tubuh secara real time.
Kita hanya perlu memberi dokter izin untuk mengakses informasi kita. Selebihnya tergantung pada AI, yang dapat menganalisis informasi tersebut dengan segera.
Namun, hal tersebut hanyalah contoh belaka. Masa depan Metaverse sendiri masih misteri. Yang dapat kita pastikan adalah bahwa mengerjakannya akan mempercepat pengembangan teknologi yang akan mengubah hidup kita menjadi lebih baik.