Home » Tren Sosial Media 2025: Apa yang Lagi Hits dan Menghasilkan Uang?

Tren Sosial Media 2025: Apa yang Lagi Hits dan Menghasilkan Uang?

by Trisno Heriyanto

Di tahun 2025, tren sosial media sedang mengalami transformasi besar-besaran. Banyak model konten di berbagai platform sosial media yang belum pernah kita lihat atau buat sebelumnya. Atau bahkan, banyak tren baru yang sangat asing dari pola-pola kebiasaan sosial media di tahun-tahun sebelumnya.

Instagram kini tidak lagi dianggap sebagai platform sosial media terbaik. Begitu juga dengan YouTube. Tahun-tahun sebelum 2024, Instagram dan YouTube dianggap sebagai platform terbaik untuk membangun audiens.

Namun, di era saat ini, TikTok justru menjadi platform paling efektif untuk konten kreator dalam menarik keuntungan. Konten buatan pengguna atau UGC (user-generated content) menyumbang aliran pendapatan terbesar bagi 18% kreator TikTok. 

Kebanyakan kreator Instagram dan YouTube mengutamakan nilai produksi yang tinggi, konten yang inspiratif, dan visibilitas yang didorong oleh algoritma. Pendekatan ini ternyata menjadi hambatan bagi kreator skala kecil hingga menengah. Audiens pun juga merasa tidak terlibat dalam konten yang mengutamakan kesempurnaan ini.

Hal ini membuat tren sosial media berubah dan berkembang lebih cepat di tahun 2025. Audiens yang mengutamakan kesederhanaan, keaslian, dan koneksi lebih memilih untuk mencari konten yang autentik, dilibatkan atau merasa terlibat, dan relate atau sesuai dengan pengalaman yang dialami. 

Perilaku audiens ini pun membentuk tren sosial media yang sangat berbeda di tahun 2025 ini. Hal tersebut juga menjadi tantangan bagi para konten kreator dan perusahaan brand serta layanan untuk mempromosikan diri.

Lalu, apa saja tren sosial media di tahun 2025 ini? Dan bagaimana caranya mendapatkan keuntungan dari tren tersebut?

  1. Eksperimental

Salah satu tren sosial media di tahun 2025 adalah konten eksperimental. Ini merupakan bentuk atau tindakan para konten kreator dalam mendobrak batasan kreatif. Konten eksperimental dapat berupa konten-konten yang di luar brand-voice dan persona seorang konten kreator.

Konten eksperimental juga bisa dikatakan sebagai konten yang keluar dari zona nyaman. Para konten kreator dan merek bisa menguji konten mereka yang berbeda 180 derajat dari standart konten biasanya untuk menarik dan menyenangkan audiens.

Selain itu, ada cara unik di mana brand bisa memasarkan produk dan layanan mereka pada audiens baru. Caranya adalah dengan menggunakan kolom komentar para konten kreator, baik mikro hingga mega.

Menurut laporan dan survey dari Hootsuite, keterlibatan brand memberikan komentar alias nimbrung di kolom konten para konten kreator bisa membantu mereka dalam membangun komunitas sekaligus memperkenalkan merek kepada audiens baru dengan cara yang paling tidak biasa, namun mudah dijalani.

Hanya saja, brand harus memperhatikan ketepatan waktu dan panjang komentarnya. Keterlibatan menurun drastis jika mengomentari postingan yang berusia lebih dari 24 jam. Mengenai panjang komentar, buatlah singkat tetapi jangan terlalu pendek pula. Komentar antara 10 dan 99 karakter mendorong keterlibatan paling banyak. Hindari hanya komentar emoji.

  1. Mendengarkan Audiens

Mendengarkan permintaan audiens membantu para konten kreator serta brand lebih memahami audiens mereka, meningkatkan strategi, hingga mengungkap kesenjangan antara pasar dan produk yang ditawarkan. Hal ini dapat membantu konten kreator dan brand dapat dengan cepat menguasai pasar bahkan mendorong penjualan.

Beberapa waktu terakhir, banyak konten kreator dan brand yang membuat konten “yang penting viral” tanpa memperhatikan permintaan audiens. Hal itu justru membuat sentimen terhadap konten kreator dan sebuah brand menjadi negatif. Audiens merasa tidak dilibatkan dan menganggap konten-konten itu hanya sekadar hiburan belaka, tanpa ada kesan dan pesan yang ditinggalkan.

Audiens menyukai konten yang orisinal tetapi juga mengikuti momen atau riding the wave. Namun, konten kreator dan brand harus berhati-hati dalam membuat konten “riding the wave” ini, karena walaupun berbeda dengan konten “yang penting viral”, mereka punya kesamaan yang cukup signifikan.

  1. Gunakan AI

AI mengubah cara konten kreator dan brand dalam mengolah konten. MovieGen milik Instagram, yang diluncurkan pada tahun 2025, memungkinkan konten kreator mengedit video dengan perintah teks sederhana, sehingga pengeditan tingkat lanjut dapat diakses oleh semua orang. 

Sementara itu, perangkat AI milik Keek menawarkan jangkauan global melalui penerjemahan video dan avatar digital, yang memungkinkan kreator mempersonalisasi interaksi dan terhubung lintas bahasa. Bagi merek, ini berarti menguji format yang digerakkan oleh AI dan mengintegrasikan perangkat ini untuk meningkatkan konten dan melibatkan audiens global secara efektif.

Pada tahun 2025, tren sosial media sedang ditulis ulang. Keberhasilan terletak pada penyeimbangan tren-tren ini: Ciptakan konten yang menyentuh emosi, bangun hubungan yang langgeng, dan gunakan inovasi untuk menjangkau audiens di mana pun mereka berada, di platform yang membuat mereka merasa diperhatikan dan dihargai.

You may also like