Penulis: Rena Dwi Astuti
Industri game telah mengalami pergeseran besar dalam beberapa dekade terakhir. Industri ini tumbuh dari tahun ke tahun menjadi pusat hiburan global yang semakin besar. Saat ini, konten gaming melibatkan audiens yang beragam dan luas, yang mencakup semua usia, jenis kelamin, dan latar belakang budaya.
Evolusi ini memerlukan pemahaman mendalam tentang demografi video game bagi siapapun yang terlibat dalam industri ini. Mulai dari pengembang dan pemasar game hingga penyelenggara esports dan pembuat konten.
Bagi para pembuat konten gaming, penting untuk memahami siapa audiensnya, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka terlibat dengan game. Hal ini dapat membantu para pembuat konten gaming dalam membangun bisnis game yang berkelanjutan.
Tidak hanya soal audiens saja, konten-konten yang dihasilkan oleh para pembuat konten gaming juga menaruh pengaruh besar dalam kesuksesan di industri game ini. Audiens akan memilih (atau bahkan terseleksi sendiri) dengan kualitas yang ditawarkan oleh pembuat konten gaming.
Berikut adalah tips menghasilkan konten gaming berkualitas di media sosial:
Pahami Audiens
Anggapan bahwa video game adalah hiburan bagi remaja telah dibantah sepenuhnya di dunia saat ini. Penikmat konten gaming saat ini sangat beragam, dari semua gender, usia, dan latar belakang.
Pembuat konten gaming harus paham dengan audiens mereka. Mulai dari gender, usia, hingga latar belakang dan kesukaan mereka. Menurut Dice, rata-rata penikmat konten gaming memang didominasi oleh Gen Z (usia 10-24). Namun, generasi sebelumnya juga memiliki ketertarikan dengan konten gaming jenis lain.

Ada pula Generasi Milenial (usia 25-40) yang menyukai permainan konsol dan maraknya permainan multipemain daring. Sehingga menumbuhkan hubungan mendalam dengan budaya permainan.
Generasi X (usia 41-46) cenderung terlibat dalam pengalaman pemain tunggal dan menghargai narasi yang disusun dengan baik. Mereka juga menyukai mekanisme permainan yang mendalam.
Hal ini membuat pembuat konten gaming harus memperhatikan betul audiens yang akan disasar. Sesuaikan konten gaming yang akan dibuat dengan kesukaan dan ketertarikan audiens.
Sementara itu, untuk gender, Dice melaporkan bahwa wanita terlibat dalam populasi game global sekitar 46 persen. Meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Keterlibatan wanita lebih tinggi dalam game seluler dan sosial, khususnya dalam game bergenre puzzle, simulasi, dan simulasi kehidupan.
Sedangkan gamer pria menguasai 54 persen sisanya dari populasi game global. Mereka terlibat dalam game kompetitif dan esports.
Lakukan Riset dan Ciptakan Konten yang Menarik
Setelah menentukan audiens, lakukanlah riset terhadap kesukaan mereka. Hal itu dapat membantu para pembuat konten untuk menciptakan konten gaming yang berkualitas, menarik, dan tepat sasaran.
Menurut Dice, Generasi Milenial (usia 25-40) menyukai konten gaming konsol dan PC karena mereka tumbuh dengan jenis game itu. Sementara Gen Z lebih menyukai mobile gaming seperti Fortnite dan Roblox. Gen Z juga dikenal sebagai gamer yang sangat sosial, mereka sering terlibat dalam permainan multipemain dan komunitas daring.

Sementara Generasi X (usia 41-56) menyukai permainan arkade dan sistem konsol awal seperti Atari dan Nintendo Entertainment System. Mereka sering lebih menyukai permainan strategi, permainan peran, dan simulasi yang menawarkan permainan kompleks dan tantangan intelektual.
Pembuat konten gaming yang telah mengetahui audiens dan kesukaan mereka, maka akan memudahkan untuk membuat konten yang menarik. Sebab, pembuat konten gaming telah mengetahui apa yang menarik minat mereka.
Promosikan Konten
Sasaran audiens telah diketahui, riset telah dilakukan, dan konten sudah dibuat, maka langkah selanjutnya adalah promosikan konten gaming. Promosi konten ini bisa dilakukan di berbagai platform media sosial, seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok.
Namun, lagi-lagi, pembuat konten gaming harus mengetahui platform media sosial apa yang sering digunakan oleh audiens yang disasar. Hal itu untuk memaksimalkan promosi konten agar berhasil mendapat timbal balik yang baik.
Artinya, sebagai pembuat konten gaming, jangan berhenti dan puas dengan sekali riset saja. Terlebih, kesukaan setiap orang bisa saja berubah mengikuti tren yang sedang terjadi di media sosial.