Uzone.id — Di tengah dominasi chatbot AI asal Amerika Serikat, startup AI dari China bernama DeepSeek berhasil booming dan menggemparkan dunia teknologi. Aplikasi chatbot AI ini tiba-tiba melesat tajam di toko aplikasi App Store AS dan mengalahkan ChatGPT.
Usut punya usut, ternyata DeepSeek ini adalah produk bikinan startup China yang baru berdiri pada Desember tahun 2023 lalu. Memang semenjak diluncurkan, DeepSeeks udah mencuri banyak perhatian dan meraih popularitas secara lokal dan satu tahun kemudian, chatbot AI ini berhasil menjajah wilayah Amerika Serikat, bahkan dunia.

Popularitas DeepSeek semakin melejit setelah perusahaan teknologi asal China tersebut meluncurkan model bahasa open-source perdana mereka bernama R1 pada November 2024 lalu. Model bahasa ini diklaim memiliki kemampuan yang lebih canggih dibandingkan dengan model bahasa buatan perusahaan AI yang sudah ada, sebut sama Llama dari Meta AI dan GPT milik OpenAI.
Katanya, DeepSeek mampu memberikan jawaban yang lebih canggih dibandingkan dengan chatbot AI lainnya. DeepSeek diklaim bisa memberikan analisa data yang dalam, pemrograman, hingga pemecahan logika. DeepSeek juga diklaim bisa menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks, mulai dari Matematika dan percodingan.
Nah, untuk mengetahui lebih dalam soal chatbot AI yang satu ini, berikut beberapa fakta pentingnya.
Didirikan pada 2023 oleh Liang Wenfeng
Siapa sangka kalau aplikasi yang bikin ketar-ketir OpenAI hingga Meta ini ternyata baru berumur 2 tahun. DeepSeek ternyata adalah bagian dari penelitian perusahaan rintisan asal Hangzhou bernama High-Flyer dan ciptakan oleh Liang Wenfeng.
Ide DeepSeek sendiri lahir dari sosok Liang Wenfeng yang berani menggelontorkan uang pada investasi untuk kecerdasan buatan, bertaruh pada chip AI, dan mengerahkan waktunya untuk menyusun tim pengembang.
Liang Wenfeng sendiri merupakan seorang laki-laki kelahiran 1985 dan merupakan lulusan Zhejiang University di bidang teknik elektronik dan informasi. Sedikit TMI, Liang Wenfeng dan Sam Altman sama-sama lahir di tahun 1985.
Liang Wenfeng adalah seorang insinyur sekaligus salah satu jajaran eksekutif teknologi China yang cukup sukses. Dalam perjalanan kariernya, Liang Wenfeng terus menyoroti pergeseran besar dalam lanskap teknologi China.

Sebelum berfokus pada pengembangan DeepSeek, Liang Wenfeng mendirikan dana lindung nilai (hedge fund). Perusahaannya terbilang sukses dengan portofolio mencapai lebih dari 100 miliar yuan atau setara dengan 13,79 miliar dolar AS (sekitar Rp197,33 triliun) di tahun 2021.
Sayangnya, tekanan soal aturan dari pemerintah China memaksa Liang untuk menutup produk investasi utama miliknya tersebut. Ia pun kemudian memilih kecerdasan buatan tingkat lanjut sebagai fokusnya dan dari sinilah DeepSeek berawal.
Kenapa DeepSeek bikin ketar-ketir AS?
Amerika Serikat sangat sensitif dengan teknologi-teknologi China. Gak heran kalau Donald Trump ketar-ketir dengan DeepSeek. Pada 28 Januari 2025 lalu, Trump menyebut DeepSeek sebagai sebuah peringatan untuk perusahaan teknologi AS.
Pasalnya, popularitas luar biasa dari aplikasi asal China ini kembali menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru bagi pemerintah dan pemimpin kongres. Di tengah ambisi Trump yang menargetkan perusahaan AS sebagai pemimpin AI, muncullah DeepSeek yang kemudian menurunkan ChatGPT dari tahta aplikasi AI yang paling banyak dicari di AS.
Selain Donald Trump, ada juga Nvidia yang meradang karena DeepSeek. Bagaimana tidak, saham mereka langsung anjlok setelah DeepSeek R1 muncul dan ramai digunakan. Harga saham pembuat chip itu anjlok 17 persen hingga kehilangan hampir USD600 miliar. Gak cuma Nvidia yang sahamnya berhasil diobrak-abrik, ada juga Microsoft yang turun 2,1 persen, hingga saham Dell Technologies yang juga turun 8,7 persen pada Januari 2025.

Hal ini dipicu karena DeepSeek RI hadir sebagai pesaing ChatGPT hanya dengan ‘modal’ USD 6 juta untuk pembangunannya dengan memakai chip kapasitas rendah Nvidia yang disebut H800. Sementara pesaingnya, ChatGPT akan menghabiskan sekitar USD1 triliun dengan sokongan Google, Microsoft dan lainnya.
Katanya, pengembangan AI DeepSeek V3 pakai 2.048 unit GPU Nvidia H800 yang memiliki bandwidth jaringan lebih rendah dari H100. Penggunaan GPU ini karena imbas aturan pembatasan ekspor chip dari Amerika Serikat (AS) yang membuat perusahaan asal China tidak bisa mendapatkan chip AI model terbaru seperti Nvidia H100.
Tapi ternyata, ada kabar lain yang menyebut bahwa DeepSeek ternyata menggelontorkan dana sampai USD1,6 miliar untuk membeli 50.000 GPU Nvidia Hopper. Hal ini disampaikan oleh firma analis industri bernama SemiAnalysis.
DeepSeek disebut memiliki infrastruktur AI khusus untuk menyimpan puluhan ribu GPU AI dari Nvidia, termasuk 10.000 Nvidia H800, 10.000 Nvidia H100, dan pembelian tambahan unit Nvidia H20, yang didistribusikan di beberapa lokasi untuk pelatihan AI, penelitian, dan trading.
Menurut SemiAnalysis, total investasinya mencapai USD1,6 miliar, dimana USD944 juta dihabiskan untuk biaya operasional.
Terlepas dari itu, harga tersebut masih jauh lebih murah dari ChatGPT dkk yang juga menggunakan biaya fantastis untuk pengembangannya.
Selain biaya operasional yang katanya sangat murah dengan menghabiskan hanya USD6 juta dolar, DeepSeek juga berhasil mencuri pengguna dengan menghadirkan akses yang mudah dan gratis untuk semua pengguna. Gak ada tuh paket langganan seperti ChatGPT yang dibanderol dengan harga yang cukup tinggi, yaitu sekitar Rp300 ribuan per bulannya.
Gak heran sih kalau masyarakat Amerika Serikat (dan seluruh dunia) mulai melirik DeepSeek untuk penggunaan sehari-hari. Saat masyarakatnya senang punya teknologi baru untuk dicoba, pemerintah AS gak punya waktu untuk bernafas panjang. Pasalnya, setelah berhasil menjegal ByteDance, Donald Trump kini punya tugas baru yaitu menjegal DeepSeek.